Kasih Tak Terhingga

Suatu malam kau ajak aku mengarungi malam menuju entah.

Nyatanya, kau ajak aku ke sebuah tempat beratapkan langit, bukan ukiran-ukiran indah di atas mimbar.

Dengan pohon-pohon tinggi yang menjulang, bukan tiang-tiang megah penyangga kubah.

Kau biarkan aku terbuai bersimpuh di pangkuanmu dengan beralaskan selembar kertas seadanya di atas tanah,

bukan di atas kilaunya keramik dengan hangatnya karpet-karpet seperti di bangunan itu.

***

Adakah dekapan yang lebih hangat dari jari-jemari ibu?

Adakah usapan yang lebih melegakan dari telapak tangan ibu?

Adakah tawa yang lebih melegakan dari tawa seorang ibu?

Adakah tarian yang lebih menghibur dari tarian ibu?

Adakah masakan yang lebih ingin kau makan dari masakan Sang Ibu?

Adakah tangan yang ingin kau cium ketika pulang selain tangan ibu?

Adakah tangis yang lebih memilukan daripada ratapan seorang ibu?

Adakah lelah yang meletihkan dari seorang ibu?

Adakah sakit yang lebih perih daripada pengorbanan seorang ibu kepada buah hatinya?

Adakah takut yang lebih menakutkan dari murka seorang ibu?

Adakah kasih yang dirasakan melebihi kasih kepada ibunda?

Adakah bahagia yang lebih menyenangkan ketika melihat ibu bahagia?

***

Ibu… ibu… ibu…

***

Masih adakah ego-ego itu kau simpan?

Ajaibnya saatku terbangun, air hangat sudah siap atau sewakul nasi sudah siap di atas meja.

Salah satu kasih yang tak terhingga, katanya, di malam-malam yang terus menanti…

***

8 Oktober 2019

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.