Category Archives: maiyahan

Keajaiban Spiritual

Tadabbur Selasan | 191

Di tengah malam yang sunyi, di kediaman Mas Mizhar, Dusun Tanjung, Muntilan, pada malam yang bersemangat, tepat pada tanggal 1 Agustus 2023, terjalinlah sebuah perjumpaan spiritual yang begitu merasuk, sebuah tadabbur tersirat, membentuk panggung rasa yang mendalam. Wirid dan sholawat dalam “Selasan Maneges Qudroh” menjadi pelipur lara jiwa yang penuh makna, bahkan meskipun hanya beberapa di antara kita yang hadir.

Di bawah cahaya bulan yang berseri, hati-hati yang tulus berkumpul untuk mengeja dzikir kepada Sang Pencipta. Pada satu waktu, suasana seketika menjadi haru, setiap kata sholawat yang dilantunkan seolah menjadi seuntai permohonan dan penghormatan kepada Nabi yang menjadi penunjuk jalan bagi umat manusia. Mungkin hanya sedikit di antara kita yang hadir, tetapi energi spiritual yang dihasilkan terasa begitu kuat, seakan-akan memenuhi ruangan.

Wirid dan sholawat menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan yang Maha Kuasa. Saat suara-suara yang penuh pengabdian mengalun, hati kita menjadi alat musik yang merespon getaran keagungan Ilahi. Kita menjadi saksi betapa cinta dan penghormatan kepada Rasulullah Saw adalah tali yang mengikat hati kita dengan keharmonisan semesta.

Pada malam itu, di antara bintang-bintang yang bersinar di langit, kita menemukan betapa kehadiran kita dalam tadabbur yang didapati masing-masing dari dulur yang datang, dan wirid yang terlantun adalah pengakuan akan keterhubungan kita dengan seluruh alam semesta. Seakan-akan langit dan bumi ikut bersholawat, menyambut kehadiran kita yang begitu rindu kepada Yang Maha Agung.

Dalam sepi malam yang menenangkan di dalah satu sudut dusun, wirid dan sholawat menjadi bahasa hati kita, bahasa yang tidak perlu diterjemahkan. Meskipun tidak banyak yang hadir, energi sukma yang mengalir adalah seperti sungai yang memenuhi dasar hati kita dengan ketenangan. Di sana, di bawah cahaya yang tulus, kita merasakan rahmat dan cinta-Nya yang tak terbatas.

Wirid dan sholawat Selasan Maneges Qudroh mengajarkan kita bahwa kebersamaan dalam kebaikan adalah sumber kekuatan yang luar biasa. Mungkin hanya sedikit yang hadir, tetapi semangat dan dedikasi kita melalui wirid dan sholawat mengingatkan kita bahwa Allah selalu mendengar doa dan tanda kasih kita kepada-Nya. Dan dalam pelukan dzikir, kita merasakan kehadiran Nabi sebagai teladan sempurna bagi kita, menginspirasi kita untuk terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Malam itu, di kediaman Mas Mizhar, Dusun Tanjung, Muntilan, akan selalu menjadi bagian berharga dalam ingatan kita. Wirid dan sholawat menggambarkan betapa kita dapat bersatu, bahkan dalam jumlah yang terbatas, untuk mengingat Allah Swt dan menghormati Rasulullah Saw. Dengan tadabbur yang dalam, sesungguhnya kita mampu merasakan keajaiban spiritual, dan di dalamnya, kita menemukan makna yang sebenarnya dalam kehidupan kita.

***

Dusun Tanjung, 1 Agustus 2023

Keajaiban nan Harmonis

Tadabbur Selasan | 189

Pada malam yang bercahaya, tepatnya pada tanggal 18 Juli 2023, di kediaman Panti Asuhan Daarus Sundus, Dusun Bogowanti, Borobudur, suasana begitu istimewa dan penuh makna. Kegiatan wirid dan sholawat Selasan Maneges Qudroh menjadi momen berharga yang menghantarkan kehangatan dalam merajut kembali hubungan yang sempat merenggang. Dalam kesederhanaan acara ini, terkandung tadabbur yang dalam tentang arti kebersamaan, pengampunan, dan harmoni dalam hidup.

Malam itu, ribuan pujian tertuju pada Sang Khalik, dengan doa-doa yang dipanjatkan dari hati yang tulus. Dalam setiap dzikir yang diucapkan, seakan energi kebersamaan mengalir di antara dulur-dulur yang hadir. Wirid, sebagai pengingat untuk senantiasa menghadirkan Allah dalam setiap langkah, menjadikan ruang acara penuh dengan ketenangan dan keikhlasan. Sebuah ayat dari Al-Qur’an menjelma menjadi pedoman yang menguatkan keyakinan dalam berdzikir:

Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.(13: 28)

Dalam kesederhanaan dan kebersahajaan sholawat Selasan Maneges Qudroh, ada keajaiban keharmonisan. Betapa lantunan sholawat yang indah mampu menyatukan hati yang sebelumnya terbelah. Seakan seribu kata tak perlu diucapkan, karena lantunan sholawat telah menyambungkan hati yang terpaut oleh rasa cinta kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam kehangatan suasana tersebut, terkandung pesan dari hadits yang mendukung rasa saling cinta dan kasih sayang di antara umat:

Dari Abu Hurairah ra., Nabi Muhammad Saw bersabda, “Tidak beriman di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.(HR. Bukhari dan Muslim)

Acara ini mengajarkan tentang pentingnya saling mencintai, menghargai, dan saling memaafkan di antara sesama manusia. Kehadiran dalam acara wirid dan sholawat ini menjadi momentum yang memperkuat keimanan dan menyuburkan rasa kasih sayang. Melalui perenungan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, hati kembali disentuh oleh makna sejati dari ukhuwah Islamiyah.

Tadabbur dalam kegiatan Selasan Maneges Qudroh di Panti Asuhan Daarus Sundus juga mengingatkan kita tentang kekuatan doa dan pengampunan. Melalui doa yang tulus, kita mengharapkan kebaikan dan berkah untuk semua yang ada dalam acara ini, termasuk anak-anak panti asuhan yang menjadi penerima manfaat dan berkah atas acara ini. Sebuah ayat Al-Qur’an memberikan keyakinan akan kekuatan doa:

Dan Rabbmu berfirman: ‘Berdoalah kepadaku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.’(40: 60)

Dengan doa dan usaha yang tulus, segala hambatan dan permasalahan yang sempat merenggangkan hubungan, perlahan-lahan mencair dan digantikan oleh kesadaran akan pentingnya saling memaafkan dan mencintai. Wirid dan sholawat Selasan Maneges Qudroh telah menjadi sarana yang membuka pintu maaf dan rekonsiliasi di antara mereka yang hadir.

Kegiatan wirid dan sholawat “Selasan Maneges Qudroh” di Panti Asuhan Daarus Sundus, Dusun Bogowanti, Borobudur, telah membawa berkah dan makna mendalam. Dalam suasana yang begitu istimewa, kesatuan hati terjalin kembali, berkat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Perenungan atas ayat Al-Qur’an dan hadits yang mendukung acara ini mengajarkan tentang arti kebersamaan, pengampunan, dan keharmonisan dalam hidup. Semoga acara ini menjadi tonggak awal untuk mempererat tali silaturahmi dan menjaga hubungan yang penuh cinta dan kasih sayang, serta menghadirkan rahmat Allah yang tiada terhingga.

***

Daarus Sundus, 18 Juli 2023

Menyatukan Langkah dan Cinta di Rumah Maiyah

Tadabbur Selasan | 188

Di bawah cahaya rembulan yang gemilang, langkah-langkah hati yang bergetar menyusuri jalan cinta dulur-dulur Selasan Maneges Qudroh menuju Rumah Maiyah di Yogyakarta, dalam langkahnya pada putaran ke-188 ini. Di malam yang penuh kerinduan, sebuah acara tawashshulan dipercayakan menjadi bentuk perwujudan cinta kepada Sang Guru yang sedang sakit. Meski jarak tak dekat antara Magelang dan Yogyakarta, rombongan kami dengan hati yang penuh rela menyelaraskan langkah, bersatu dalam tekad untuk bergabung dalam acara mulia itu.

Dalam riuh rendahnya gemuruh doa yang mengiringi langkah, semerbak harum kesetiaan menyergap hati. Seperti bunga-bunga yang menari dengan angin, keikhlasan dan cinta bersemayam di setiap sudut perjalanan. Di antara pergulatan waktu dan jarak, tak terasa, cinta telah menyatukan langkah yang beribu-ribu kali terjauhkan.

Dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa.” (HR. Bukhari)

Ayat penuh makna ini menyiratkan sebuah janji dari Sang Pencipta yang begitu luhur. Saat hati bersatu dalam perwujudan cinta kepada Guru, janji-Nya datang bagai cahaya yang membelah gelapnya malam. Dalam setiap langkah menuju Rumah Maiyah, janji-Nya semakin nyata dan mengalun dalam kehadiran doa-doa yang khusyuk.

Di antara langkah-langkah kaki, tadabbur hadir dalam setiap hela nafas. Tawashshul yang diwujudkan menjadi panggilan jiwa untuk menyemai biji cinta, menaburkan kasih sayang kepada Sang Guru yang mencinta dan mendidik. Seperti padi yang bergoyang membelai angin, tawashshul membawa kehidupan baru di tengah-tengah hati yang dipenuhi semangat persaudaraan.

Dan peganglah erat-eratlah dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai.(3:103)

Tali agama yang menyatukan, seperti untaian permata yang membentang. Dalam tawashshul ini, kami merasa dirangkul oleh ikatan tak tergoyahkan. Karena kecintaan kepada Sang Guru, kami menemukan kemanjaan dalam bersama. Di bawah bendera kasih, kami bersatu dalam langkah dan hati, membawa hikmah dan ilmu sebagai cahaya yang menerangi gelapnya dunia.

Di Rumah Maiyah, jalinan cinta dan pengabdian tergambar begitu indah. Seperti lukisan kisah cinta yang abadi, hati-hati terikat dalam kasih sayang, takdir dan ikhtiar. Mengutip dari bait-bait puisi tersembunyi, doa-doa suci mengisi setiap dinding ruangan, menerangi hati-hati yang berjuang mengecap kehadiran Illahi.

Sebuah perjalanan cinta, bukan hanya menghubungkan dua titik dalam ruang dan waktu. Lebih dari itu, ia adalah perjalanan roh yang mencari Tuhan dalam bentuk sang Guru. Dalam tawashshul ini, kami menemukan diri, menjadi utuh dalam ikatan kasih yang mendalam. Seperti lukisan senja yang mempesona, rona kebersamaan menjadi sejuk dalam gerak langkah yang selaras.

Di tengah kebersamaan itu, kesucian hadir sebagai sungai yang mengalir. Doa-doa yang tercermin dalam senyuman tulus, menghadirkan kesembuhan di setiap hela napas. Seperti daun-daun jati yang rimbun, hati-hati kami rindu untuk terus bertumbuh di bawah naungan cahaya Ilahi.

Dalam acara tawashshulan itu, tumbuh rasa syukur yang tiada terkira. Seperti bintang-bintang yang bersinar di langit, kesyukuran memenuhi hati-hati kami yang beriringan. Tawashshul mengajarkan kami untuk selalu bersyukur atas ilmu dan kebaikan yang diberikan oleh Sang Guru.

Sungguh, tawashshul adalah ladang keberkahan, tempat pohon-pohon cinta tumbuh dan akar-akar keikhlasan menyuburkan. Ia adalah jejak-jejak cinta yang tak pernah pudar, melintasi waktu dan ruang. Di setiap hela nafas, tadabbur hadir untuk menyirami hati-hati yang haus akan kebenaran. Menjalin tali cinta antara Guru dan murid. Di Rumah Maiyah, cinta menjadi bendera yang berkibar, menyatukan langkah dan mengalun dalam ayunan doa. Sungguh, tawashshul adalah perjumpaan yang tak terlupakan, dalam rangkaian cinta yang tak pernah usai.

***

Kadipiro, 11 Juli 2023

Malam yang Puitis di Mantyasih

Tadabbur Selasan | 187

Di malam yang selalu terselip keberkahan dalam kandungannya, Pendopo Mantyasih, Meteseh, Kota Magelang (11/7) menyimpan sebuah cerita luhur yang menghanyutkan jiwa dan menyejukkan hati. Dalam kemasan acara sederhana wirid dan sholawat “Selasan Maneges Qudroh” yang biasanya hanya diikuti oleh para dulur-dulur maiyah, malam itu dibersamai pula oleh kehadiran ibu-ibu warga sekitar Pendopo Mantyasih. Di hadapan temaram cahaya malam itu, kami berkumpul dalam lingkaran kebersamaan, menyatu dalam irama dzikir yang membangkitkan kelembutan hati.

Pendopo itu seperti hati yang lapang, terbuka untuk menyambut setiap zikir yang hendak terlantun. Di tengah malam yang gelap, suasana semakin terang benderang dengan lafadz-lafadz penuh makna. Ada keajaiban ketika orang-orang berkumpul untuk mengingat Allah. Seakan-akan waktu berhenti, dan hanya dzikir yang mengalun memenuhi ruang. Sebuah tadabbur pun hadir dalam setiap hela nafas, ketika hati terbuka untuk merenungkan makna yang terkandung dalam setiap ayat yang dibaca.

Atha a’lamu man khalaq?” Tanyakanlah, siapakah yang lebih tahu tentang penciptaan ini selain Sang Maha Pencipta? Di dalam hati yang memahami makna ayat ini, ada pengakuan akan kebesaran Allah, Yang Maha Mengetahui segala rahasia alam semesta. Seperti embun pagi yang menyejukkan, kehadiran-Nya mengisi setiap sudut hati yang hening.

Di antara para ibu, ada perasaan haru yang mengalun dengan sejuknya. Dalam setiap sholawat yang dilantunkan, kisah-kisah luhur tentang Rasulullah dan keagungan-Nya terasa hidup kembali. Sebuah cerita cinta yang tak terpadamkan, menyala dalam setiap hati yang berisi rindu akan kehadiran Sang Kekasih.

Sesungguhnya, Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.(33:56)

Ayat suci ini menjadi seruan bagi mereka yang hadir di Pendopo Mantyasih. Di malam yang penuh rahmat, malaikat-malaikat pun bergabung menyampaikan salam pada sang kekasih Allah. Dalam setiap sholawat yang terlantun, hati mereka terikat dalam cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

Takdir yang tak terduga hadir saat ibu-ibu warga sekitar seolah mengetuk dan berupaya untuk memasuki pintu langit itu. Seperti burung-burung yang berkumpul pulang pada senja hari, mereka menyatu dalam cinta yang sama, cinta pada sang Kekasih dan Pencipta. Di hadapan-Nya, perbedaan tak lagi relevan, yang tersisa hanyalah kerinduan yang mendalam untuk mengenal-Nya lebih dalam lagi.

Sebuah kiasan tentang cahaya yang tak pernah padam, meskipun gulita malam telah menyelimutinya. Cahaya itu adalah dzikir yang dipanjatkan, sholawat yang mengalun, dan kasih sayang yang hadir di setiap langkah ibu-ibu warga sekitar. Dalam setiap butir dzikir, sinar cinta menerangi langit malam, menghapuskan kegelapan yang menyelinap di sudut hati. Seakan-akan bintang-bintang berdendang, merayakan kehadiran para hamba yang sedang memuja.

Sungguh, Selasan di Pendopo Mantyasih, terdapat kisah suci yang mengiringi setiap langkah. Dalam keramaian wirid dan sholawat, mereka menemukan rahasia tak terhingga yang menghubungkan hati mereka dengan Sang Pencipta. Sebuah pengalaman yang tak dapat terungkapkan dengan kata-kata, hanya bisa dirasakan dalam hening dan tadabbur yang mendalam.

Saat hati merenungkan, kesucian terbuka lebar. Sebuah hadirat yang mengingatkan bahwa sebenarnya manusia telah diciptakan untuk beribadah dan mendekat pada-Nya. Di setiap malam wirid dan sholawat itu, mereka mengingat bahwa dalam kebersamaan, kesatuan hati dan nurani ditemukan.

Dan di ujung malam yang memudar, Selasan Maneges Qudroh dengan Munajat Maiyah-nya telah memberi suatu bekal untuk dibawa pulang dengan secarik kecerahan di hati. Di lorong-lorong jiwa, tetap menyala kobaran api cinta pada Sang Pencipta dan Sang Kekasih. Dalam setiap nafas, wirid dan sholawat tetap hidup, membawa pengharapan akan pertemuan dengan-Nya yang sejati.

Selasan, mengingatkan bahwa acara wirid dan sholawat bukanlah sekadar ritual rutin, tetapi perjalanan spiritual yang mengalir dalam lautan penghayatan dan kebersamaan. Dalam setiap langkah, dalam setiap irama dzikir, mereka merasakan getaran rahasia cinta dan kasih sayang dari-Nya. Malam itu, menjadi jejak yang tak terlupakan di dalam lembaran hati mereka, yang akan terus berdendang hingga akhir hayat.

***

Pendopo Mantyasih, 4 Juli 2023

Tinggalkan Aku Sendiri

Tadabbur Selasan | 186

Di suatu malam yang berhikmah, tepatnya pada Selasa malam tanggal 27 Juni 2023, acara rutin mingguan wirid dan sholawat “Selasan Maneges Qudroh” diperjalankan menuju kediaman Mas Hengki, Dusun Karet, Bulurejo Mertoyudan. Saat suasana malam semakin terasa sunyi di sudut Desa, dulur-dulur justru mulai berangsur datang mendatangi rumah Mas Hengki yang masih dalam proses pembangunan. Kami para jamaah Maiyah berkumpul di tempat tersebut untuk melantunkan sholawat dan memperdalam tadabbur spiritual kami masing-masing.

Kehadiran dulur-dulur di antara malam yang tidak pernah lupa mengandung rahmat ini, mereka bersatu dalam hati, menyatu, berkomitmen untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon ridha-Nya. Dalam keheningan dan rasa tunduk mereka seolah-olah sedang menghadap Allah dan kekasihNya, nampak mereka memulai rangkaian wirid dan sholawat dengan penuh kekhusyukan.

Di antara banyak bacaan wirid dan sholawat, lantunan “Da’unii da’unii” terdengar merdu malam itu, seakan meresap ke dalam hati-hati yang tengah hening. Dalam melantunkan setiap kata dan nada, mereka merasakan kedekatan dengan Rasulullah Saw dan cinta yang mendalam kepada beliau. Dalam setiap lafal sholawat, mereka merasakan getaran spiritual yang mengalir, mengisi setiap ruang dengan kehadiran-Nya.

Seiring dengan perjalanan sholawat, suasana begitu dalam terasa. Hati-hati yang hadir di acara ini terasa terangkat jiwanya, terhubung dengan yang Maha Kuasa. Di tengah malam yang sunyi, terasa hadirnya keberkahan dan kasih sayang-Nya yang tak terhingga. Kelembutan dan kerendahan hati dulur-dulur yang melantunkan sholawat menciptakan atmosfer yang menyentuh jiwa, menghapuskan rasa cemas dan kegelisahan.

Melalui ungkapan “tinggalkan aku sendiri (da’unii da’unii)”, dulur-dulur seolah-olah memohon dengan tulus, pasrah, serta ikhlas menyerahkan diri mereka kepada Allah, menghapuskan ego-ego keduniawian yang tak henti-hentinya menjangkit diri, memohon untuk diarahkan kepada jalan yang lurus dan diberikan perlindungan-Nya. Mereka merasakan betapa pentingnya mendekatkan diri kepada-Nya, menjauhkan diri dari godaan dunia yang fana dan sesaat.

Acara “Selasan Maneges Qudroh” di kediaman Mas Hengki, Dusun Karet, Bulurejo Mertoyudan pada malam itu memberikan kesempatan bagi dulur-dulur Maiyah Magelang untuk merenung, memperdalam iman, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam kebersamaan dan kekhusyukan, mereka menemukan ketenangan, kekuatan, dan penghiburan di dalam ibadah dan dzikir mereka.

Semoga acara seperti ini terus diselenggarakan, dan semakin banyak orang yang menemukan kedamaian dan keberkahan melalui wirid dan sholawat. Semoga kita semua dapat mengikuti jejak mereka, meningkatkan kehidupan spiritual kita, dan merasakan hadirat-Nya dalam setiap detik kehidupan kita.

Marilah kita tinggalkan ego dan kegelisahan kita sendiri, dan memohon kepada-Nya untuk memberikan petunjuk dan perlindungan-Nya. Semoga kita semua dapat hidup dengan penuh kesadaran, mengabdi kepada-Nya, dan memperoleh kedamaian hakiki yang hanya Dia yang bisa memberikannya.

Terima kasih atas kesempatan ini untuk merenungkan dan memperdalam pemahaman kita tentang kegiatan wirid dan sholawat “Selasan Maneges Qudroh” di kediaman Mas Hengki, Dusun Karet, Bulurejo Mertoyudan. Semoga tadabbur ini menjadi salah satu sumber inspirasi dan keberkahan bagi kita semua di antara banyak kemungkinan tadabbur-taddabbur lain yang lebih baik..

***

Dusun Karet, 27 Juni 2023

Memperkuat Ikatan Ukhuwah

Tadabbur Selasan | 185

Dalam gelap malam yang sunyi, kediaman Mas Edi di Dusun Sirahan, Salam, dipenuhi oleh kehadiran yang penuh keikhlasan dan cinta kepada Allah. Pada selasa malam (20/6), acara rutinan mingguan wirid dan sholawat Selasan Maneges Qudroh kembali diadakan dengan tujuan yang sama, menguatkan ikatan spiritual dengan Tuhannya dan menyatukan hati para dulur-dulur yang hadir.

Malam itu, suasana kebersamaan terasa begitu kental. Dulur-dulur hadir dengan semangat dan keikhlasan yang tinggi, membawa hati yang lapang dan penuh pengharapan kepada Allah. Dalam setiap hembusan dzikir yang dilantunkan, mereka mempersembahkan segala puji dan syukur kepada-Nya. Melalui wirid dan sholawat, mereka berusaha mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan kehadiran-Nya yang tak tergantikan.

Dan katakanlah: ‘Ya Tuhanku, masukkanlah aku dengan masuk yang benar dan keluarkanlah aku dengan keluar yang benar pula, dan berilah aku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.‘” (17:80)

Mentadabburi ayat tersebut, Selasan menjadi ruang untuk memohon kepada Allah agar diberikan jalan yang benar dalam setiap langkah hidup kita. Wirid dan sholawat menjadi sarana untuk memperoleh pertolongan dan petunjuk-Nya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam kebersamaan dan keikhlasan yang ada pada acara Selasan MQ ini, dulur-dulur memperkuat keyakinan mereka bahwa Allah senantiasa mendengar dan mengabulkan doa-doa sirr mereka.

Setelah acara wirid dan sholawat selesai, dulur-dulur dipersilahkan menikmati hidangan yang telah disajikan oleh Mas Edi dan keluarga. Sembari menikmati dan duduk-duduk santai, anak-anak muda atau para civitas akademika dari komunitas Sesrawungan yang hadir pada kesempatan ini, meminta ijin waktu untuk menyampaikan keinginannya untuk mengajak dulur-dulur Selasan sekalian turut mangayubagyo terkait acara Milad 1 tahun komunitas yang akan mereka selenggarakan beberapa waktu ke depan. Terjadi rembug dan diskusi, yang bertujuan untuk merencanakan dan menyelenggarakan acara Milad dengan kebersamaan, kreativitas, dan semangat berkolaborasi. Melalui rembugan ini, mereka ingin menguatkan ikatan antar anggota komunitas, saling mendukung, dan memperoleh masukan yang berharga untuk menghadirkan acara yang bermanfaat bagi semua.

Acara wirid dan sholawat Selasan Maneges Qudroh serta rembugan dengan komunitas Sesrawungan menunjukkan betapa pentingnya kebersamaan dan silaturrahmi dalam menjalani kehidupan. Dalam beribadah kepada Allah, kita diajak untuk saling menguatkan dan menyemangati satu sama lain. Melalui kebersamaan dan kolaborasi, kita dapat mencapai tujuan yang lebih tinggi dan mewujudkan rahmat-Nya di tengah-tengah kita.

Di setiap perjalanan langkah hidup kita, marilah kita selalu memohon kepada Allah agar diberikan kemudahan dan petunjuk-Nya. Melalui wirid dan sholawat, kita memperkuat ikatan spiritual dengan-Nya dan menemukan kekuatan dalam kebersamaan dengan sesama. Semoga acara Selasan Maneges Qudroh dan sambung silaturrahmi dengan komunitas Sesrawungan menjadi awal yang baik untuk memperkuat ikatan ukhuwah dan membawa berkah dalam kehidupan kita.

***

Dusun Sirahan, 20 Juni 2023

Sinau “Ngelingi”

Sabtu malam (10/6), rutinan Maneges Qudroh edisi ke-139 yang cukup santai dan menenangkan telah diselenggarakan di Panti Daarus Sundus, Borobudur. Sebuah acara yang cukup sederhana, namun juga intim, tersaji di dalam acara bulanan ini dengan dihadiri kurang lebih 30-an dulur-dulur seantero wilayah Magelang.

Acara dimulai dengan pembacaan surat Al-Waqi’ah oleh Mas Miftah, yang dilanjutkan dengan beberapa wirid Maiyah. Kemudian, acara dibuka pertama-tama oleh Mas Taufan dengan menyapa dulur-dulur yang telah hadir, yang masih ngelingi ada satu ruang pertemuan para Mutahabbina Fillah bagi para pejalan Maiyah.

Tema yang diangkat untuk bahan sinau bareng malam ini adalah ’Ngelingi’, yang memiliki kata dasar eling atau ingat. Jika dalam permainan sepak bola, alat utama yang digunakan adalah kaki, dan dalam permainan voli yang digunakan adalah tangan, maka dalam permainan ‘ingat’, seharusnya alat yang digunakan adalah pikiran. Begitu kurang lebih kata-kata pembuka yang disampaikan oleh Mas Sigit yang menjadi moderator diskusi.

Selama acara, dulur-dulur tidak hanya diajak untuk mengeksplorasi dan berbagi apa saja tentang kata ngelingi, namun juga diajak untuk mengaktifkan pikiran dan fokus dalam permainan-permainan, seperti sambung kata dan sambung kalimat. Hal-hal semacam ini nyatanya mampu mengindikasikan fokus, atensi, bahkan kepedulian kita terhadap sesuatu yang sedang disampaikan oleh orang lain. Sekecil apapun itu.

Suasana baru dalam sebuah forum dihadirkan, beberapa orang nampak belum bisa menyesuaikan model sinau bareng yang menuntut keaktifan para peserta. Namun, kemerdekaan tetap menjadi salah satu pilihan.

Selingan lagu dari Mas Sigit, yang notabene merupakan vokalis grup musik Jodhokemil, sesekali menjadi hiburan di sela-sela acara. Tak mau ketinggalan, Pak Sholeh juga turut membawakan puisi dari W.S. Rendra yang dibacakan dengan penuh penjiwaan dan suara yang menggelegar, sehingga sajian penampilan keduanya mampu memberi warna yang lebih menghidupkan acara rutinan pada malam hari ini.

Seperti tak terasa, perjalanan malam ini sudah mencapai ujung perjumpaan saat waktu sudah menunjukkan lebih dari jam 12 malam. Ngelingi kalau nasi goreng sudah tersaji cukup lama dan keburu kehilangan nikmatnya ketika berangsur mendingin, maka acara malam hari ini pun segera dipungkasi dengan Indal Qiyam dan doa.

Hamba-Hamba Pengabdi

Tadabbur Selasan | 184

Selasa malam (13/6), sebuah acara ‘istimewa’ digelar di kediaman Mas Munir, yang terletak di Dusun Pasuruhan, Mertoyudan. Selasan Maneges Qudroh kali ini tidak hanya menjadi ruang untuk melakukan wirid dan sholawat, tetapi juga menjadi momen tasyakuran atas kehamilan yang diberikan oleh Allah kepada sang istri Mas Munir.

Sanggar Soko Papat, tempat acara tersebut diselenggarakan, menjadi saksi kehangatan dan kebersamaan yang terjalin di antara dulur-dulur yang hadir. Dalam suasana yang khidmat, mereka berkumpul dengan niat yang tulus, melatih diri melalui wirid dan sholawat dengan tujuan untuk terbiasa mengingat dan menghadirkan Allah dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Wirid dan sholawat menjadi pilar utama dalam Selasan. Melalui wirid, setiap jemaah yang hadir berusaha untuk mengingat dan mengucapkan kalimat-kalimat dzikir sebagai bentuk pengabdian dan penghambaan kepada Allah. Dalam setiap helaian wirid yang dilantunkan, kehadiran-Nya semakin terasa mendalam, dan hati-hati para sedulur sekalian semakin terpaut kepada-Nya.

Sedangkan sholawat menjadi wadah untuk mengirimkan salam dan kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam setiap lafadz sholawat yang disampaikan, rasa cinta dan rindu kepada baginda Rasulullah Saw terpancar dengan jelas. Dulur-dulur dalam Selasan nampak mengikuti irama sholawat dengan penuh kekhidmatan, mengharapkan berkah dan syafaat dari baginda Rasulullah Saw.

Acara ini tidak hanya sebatas kegiatan ibadah, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat silaturahmi di antara jemaah yang hadir. Setelah rangkaian wirid dan sholawat selesai dilakukan, dulur-dulur memberikan doa-doa yang tulus untuk kelancaran kehamilan sang istri Mas Munir. Kemudian mereka saling berbagi cerita dan pengalaman, sembari menikmati tumpeng yang telah disajikan oleh Mas Munir dan keluarga. Kebersamaan dan kehangatan yang terjalin dalam acara ini menjadi bukti nyata bahwa persaudaraan dalam Islam tidak mengenal batasan usia, pangkat, atau latar belakang.

Tak terasa, malam yang indah dan penuh berkah pun berlalu. Kehadiran setiap orang dalam acara ini menjadi saksi bahwa kebersamaan dan pengabdian kepada Allah adalah landasan yang kokoh dalam menjalani setiap fase kehidupan. Wirid, sholawat, dan tasyakuran yang dilakukan dengan penuh kesungguhan akan menjadi bekal dalam menjalani perjalanan hidup yang penuh tantangan. Semoga Allah senantiasa memberikan kelancaran, keberkahan, dan kebahagiaan kepada Mas Munir, sang istri, serta seluruh jemaah yang hadir dalam acara ini.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku ini dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (2:186)

Semoga acara Selasan Maneges Qudroh ini menjadi ladang kebaikan dan keberkahan yang terus berbuah dalam kehidupan kita. Dan kita, hamba-hamba sahaya ini, terus berikhtiar dan mengabdikan diri kepada Allah dengan penuh cinta dan ketulusan.

***

Sanggar Soko Papat, 13 Juni 2023

Selasan di Kantor Notaris

Tadabbur Selasan | 183

Ada yang berbeda dari suasana hari-hari biasa di Kantor Notaris Arif Himawan, S.H., M.Kn., di Pakelsari pada Selasa malam (6/6). Kantor yang biasanya sudah tutup, kali ini dipenuhi oleh suasana spiritual yang khusyuk. Acara wirid dan sholawat diadakan di kantor ini, mengambil keuntungan dari keberadaan salah satu anggota majelis yang merupakan seorang staff notaris. Suasana ini seolah menjadi pengingat akan pentingnya mencari keberkahan dan petunjuk Allah SWT dalam setiap aktivitas, termasuk dalam dunia hukum.

Majelis wirid dan sholawat dimulai tepat sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Setiap kalimat dzikir dan sholawat dilantunkan dengan penuh khidmat dan penghayatan. Suasana yang tenang dan penuh kekhusyukan terasa di kantor notaris yang biasanya dipenuhi dengan urusan legalitas yang hanya didatangi oleh orang-orang yang berkebutuhan hukum, bukan spiritual seperti pada malam hari ini.

Dulur-dulur yang hadir berjumlah sekitar 25 orang, termasuk beberapa teman yang membawa anak-anak mereka, memberi warna baru dan kekhusyukan dengan ghirrah yang berbeda dalam melantunkan dzikir dan sholawat. Suasana yang tenang dan penuh hikmat pada edisi Selasan Maneges Qudroh ke-183 terasa di dalam ruangan kantor yang biasanya menjadi tempat pengurusan legalitas dan proses hukum tersebut.

Allah Swt seringkali mengingatkan bahwa Ia mengetahui segala hal yang tersembunyi dan yang terungkap, termasuk dalam konteks praktik hukum. Dengan mengadakan majelis wirid dan sholawat ini, dulur-dulur setidaknya bisa mengambil pelajaran dari untuk selalu bertindak dengan kejujuran dan integritas dalam menjalankan tugas-tugas mereka dalam, tidak hanya dalam urusan hukum, namun juga dalam kebiasaan sehari-hari. “Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan.(2:33)

Acara wirid dan sholawat Selasan MQ ini selalu menjadi momen berharga bagi dulur-dulur yang datang untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan menghidupkan spirit kebersamaan dalam melantunkan dzikir dan sholawat bersama. Menjadi ruang tidak hanya bagi kaum-kaum tertentu, namun juga membersamai siapapun yang ingin ketempatan acara ini.

Seperti biasa, di akhir acara menjadi momen bagi dulur-dulur untuk menikmati sajian makanan yang disajikan oleh tuan rumah, sekaligus menjadi wadah untuk saling bertukar kabar dan berbagi kebahagiaan. Alhamdulillah.

***

Dusun Pakelsari, 6 Juni 2023

Jalan Kebaikan dan Keberkahannya

Tadabbur Selasan | 182

Perjalanan Selasan Maneges Qudroh (30/5) edisi ke-182 menuju arah yang tidak biasa menuju kediaman Mas Sigit, yang terletak di Dusun Beseran, Kaliangkrik, di bawah kaki Gunung Sumbing. Perjalanan yang cukup jauh bagi sebagian besar dulur-dulur yang mayoritas berada di wilayah selatan Magelang. Kekhawatiran sempat muncul akan kuantitas dulur yang hadir, diawali saat mesti menunggu rombongan pejuang yang membawa sound system tiba. Namun, kekhawatiran itu seolah langsung pupus oleh keceriaan yang tetap terpancar di antara dulur-dulur majelis wirid dan sholawat yang sudah berkumpul.

Dalam suasana menunggu yang cukup dingin karena berada di bawah kaki Gunung Sumbing, dulur-dulur tetap menunjukkan semangat yang tinggi. Tidak ada satupun orang yang menampakkan keluhan atau kekecewaan. Sebaliknya, mereka saling berinteraksi dengan riang dan saling menghibur satu sama lain. Kebersamaan dan keakraban di antara mereka sangat terasa di tengah suhu yang ’sejuk’.

Setelah rombongan dengan sound system-nya tiba, spontan dulur-dulur saling gotong royong ngusungi perangkat sound yang cukup berat. Setelah istirahat sejenak, acara wirid dan sholawat pun segera dimulai. Suasana khusyuk dan penuh penghayatan terpancar dari setiap bacaan wirid Munajat Maiyah dan sholawat yang dilantunkan. Dulur-dulur nampak begitu mendalami dan menghayati setiap kalimat yang disampaikan.

Penghayatan yang nampak merupakan pemaknaan bagi tiap-tiap pejalan spiritual, yang menjadi manifestasi keyakinan bahwasanya apa yang dilakukan bersama dalam majelis wirid dan sholawat ini adalah salah satu jalan kebaikan dalam perjuangan yang memerlukan kolektivitas atau berjamaah.

Barangsiapa yang menunjukkan jalan kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka.(4:85)

Mengambil tadabbur dari ayat tersebut, Selasan kali ini seolah mengajarkan pentingnya saling menunjukkan jalan kebaikan dan memberikan dorongan kepada orang lain untuk melakukan kebaikan. Dalam suasana yang cukup dingin, dulur-dulur tetap dapat merasakan kehangatan dan persaudaraan yang timbul ketika saling berbagi keceriaan dan bergotongroyong melakukan amal kebaikan.

Di akhir acara, terdapat kejutan yang menyenangkan bagi dulur-dulur yan hadir. Tuan rumah, Mas Sigit, ternyata telah menyediakan banyak makanan untuk semua yang hadir. Selain sajian beragam jajanan yang lezat, makanan utama pun tak lupa dihidangkan. Makanan tersebut menjadi berkah tersendiri yang disambut oleh sukacita dulur yang hadir. Mereka berbagi makanan dan menikmati hidangan dengan kegembiraan, bahkan tak sedikit yang membawa pulang kelebihan makanan yang sudah disajikan.

Acara wirid dan sholawat Selasan Maneges Qudroh di kediaman Mas Sigit ini bukan hanya membawa kegembiraan dan kebahagiaan bagi dulur-dulur, tetapi juga memperkuat ikatan persaudaraan di antara mereka. Meskipun berada dalam suasana yang cukup dingin di bawah kaki Gunung Sumbing, namun semangat dan keceriaan mereka tidak pernah pudar. Acara Selasan kali ini menggubah momen yang membawa kehangatan dan kebersamaan dalam setiap jengkal waktunya.

***

Dusun Beseran, 30 Mei 2023