Subjektivitas yang Merajalela

Kita hidup dalam dunia yang semakin terhubung, namun ironisnya, kita juga hidup dalam era subjektivitas yang merajalela. Fenomena ini semakin memperluas jurang antara pandangan subjektif dan pemahaman yang lebih mendalam. Di tengah maraknya informasi dan pandangan pribadi yang berseliweran, kita sering kali lupa untuk benar-benar memahami apa yang terjadi di sekitar kita. Inilah sebuah tantangan penting yang perlu kita telusuri dalam coretan kali ini.

Subjektivitas adalah pandangan atau penilaian yang dipengaruhi oleh pandangan pribadi, perasaan, atau preferensi individu. Ini adalah pandangan yang tidak selalu didasarkan pada fakta atau pemahaman yang mendalam tentang suatu fenomena. Di era media sosial yang memungkinkan setiap orang memiliki platform untuk berbicara, pandangan subjektif sering kali mendominasi percakapan.

Sementara itu, pemahaman mendalam adalah upaya untuk benar-benar memahami suatu fenomena atau masalah. Ini melibatkan penelitian, analisis, dan penilaian yang berdasarkan pada fakta dan bukti yang kuat. Pemahaman mendalam memerlukan waktu dan usaha, tetapi itu adalah fondasi yang kuat untuk membuat keputusan yang informasi dan pandangan yang lebih baik.

Salah satu masalah utama dengan subjektivitas adalah bahwa itu sering kali menghasilkan persepsi yang kurang tepat atau tersesat. Ketika orang hanya berbicara berdasarkan perasaan atau pandangan pribadi tanpa memahami lebih dalam, kita sering kali mendapati situasi yang memanas karena ketidakpahaman dan ketidaksetujuan.

Teringat suatu ayat, Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka selidikilah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu yang telah kamu lakukan.(49:6)

Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menyelidiki dan mencari pemahaman yang mendalam sebelum membuat penilaian atau mengambil tindakan. Ini adalah prinsip yang penting dalam menghadapi subjektivitas yang merajalela.

Tak jauh dari itu, media sosial adalah salah satu faktor utama yang memperkuat subjektivitas dalam masyarakat modern. Di platform ini, setiap orang dapat berbicara tentang apa pun dengan pandangan pribadi mereka. Sayangnya, itu juga sering menjadi tempat di mana berita palsu atau informasi yang salah dapat menyebar dengan cepat. Seperti yang telah menjadi pesan dari junjungan kita, “Diantara tanda hari kiamat adalah banyaknya pendusta dan sedikitnya orang yang dapat dipercaya.(HR. Bukhari)

Ini adalah peringatan tentang bahaya berbicara tanpa kebenaran, yang dapat merusak kepercayaan dan menyebabkan subjektivitas yang merajalela. Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita sampaikan di media sosial dan selalu mencari kebenaran sebelum membagikan informasi.

***

Salah satu cara untuk mengatasi subjektivitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang baik harus mempromosikan pemahaman yang mendalam dan kritis tentang dunia di sekitar kita. Itu harus mendorong kemampuan untuk menganalisis, mempertanyakan, dan mencari kebenaran.

Kitab (Al-Quran) ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang berakal memikirkannya.(38:29)

Ini adalah panggilan untuk berpikir dan merenung atas tanda-tanda Allah di alam semesta. Itu juga berlaku untuk pemahaman tentang masalah sosial, politik, dan budaya yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam dunia yang penuh dengan subjektivitas, kita harus aktif mencari pemahaman yang mendalam. Kita harus berusaha untuk mencari kebenaran dan memahami fenomena dengan baik sebelum membuat penilaian atau mengambil tindakan. Kita juga harus berhati-hati dengan informasi yang kita konsumsi dan bagikan di media sosial.

Mengingatkan diri kita tentang pentingnya pemahaman yang mendalam adalah kunci untuk mengatasi subjektivitas yang merajalela. Dengan begitu, kita dapat membangun masyarakat yang lebih berwawasan dan bijaksana, di mana pemahaman yang mendalam menjadi landasan bagi keputusan dan tindakan kita.