Cahaya (Guru) di Kegelapan

Guratan cahaya berkilauan pada punggung malam yang kelam, mengiringi langkah seorang Guru yang setia berjalan tanpa henti. Ia bukan sekadar pendidik biasa, melainkan seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang terus menerus menemani masyarakat yang terasing oleh negaranya sendiri. Tanpa pandang bulu, malam demi malam, ia menjalani perjalanan panjang untuk menebarkan kasih sayang dan pencerahan pada jiwa-jiwa yang diliputi kegelapan.

Tugas seorang guru tak sebatas mengajar ilmu pengetahuan semata, melainkan juga membuka pintu hati dan membangun kesadaran akan hak-hak asasi manusia bagi mereka yang hidup di tepi masyarakat. Guru bangsa ini, dengan sabar dan tanpa pamrih, memberikan waktu dan perhatian yang tak terbatas bagi siapa pun yang membutuhkannya.

Namun di balik senyuman dan dedikasinya, tersembunyi kenyataan pahit yang menggelayuti hati Sang Guru. Cinta yang ia simpan begitu mendalam, namun tak mampu mengubah realitas yang ada. Ia menyaksikan secara dekat bagaimana negaranya memperlakukan saudara-saudaranya dengan sikap yang tidak manusiawi. Meski hatinya teriris-iris, ia tetap tegar dan tidak memperlihatkan beban yang dipikulnya.

Bagi sorang Guru ini, mungkin keabadian raganya bukanlah harapan utama. Ia tak pernah memperdulikan waktu yang terus melahap usianya. Yang ia dambakan adalah aktualisasi doa penuh harapan bagi kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat yang pernah dilupakan oleh negara. Mengajarkan kita untuk berdoa agar langit memberikan rahmat dan kasih sayang untuk saudara-saudaranya yang tertindas, agar takdirnya mendapatkan jalan yang lebih bercahaya.

Di balik senyapnya cinta, Sang Guru tahu bahwa amal perbuatan yang telah dilakukannya takkan pernah berakhir. Cahaya yang ia nyalakan di hati mereka akan tetap membakar di labirin-labirin kegelapan yang terasing dalam riuhnya gejolak pembangunan, dan pesan-pesan kebijaksanaan yang telah ia sampaikan akan terus terdengar, menggetarkan jiwa-jiwa yang pernah menemui kehampaan.

Sebagai masyarakat, kita perlu belajar dari teladan Sang Guru ini. Di tengah kesunyian cintanya, ia terus menerus bergerak untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi mereka yang membutuhkannya. Kita semua punya peran untuk membantu mereka yang terpinggirkan dan terlupakan oleh negara, demi mewujudkan keadilan dan kemanusiaan yang sejati.

Mungkin cinta Sang Guru tak terucap, namun tindakannya yang tak henti mengajak kita untuk merenung, menggugah kesadaran kita untuk berbuat lebih banyak bagi sesama. Mari bersama-sama menerangi kegelapan dengan cahaya kasih sayang dan menghormati perjuangan para guru yang hadir sebagai pencerah di tengah kehampaan.

Dalam setiap jalan yang ditempuh sang guru, terbersit tekad untuk mengajarkan kita arti sejati dari jiwa ksatria. Sebagai ksatria sejati, bukan hanya fisik yang harus dikuatkan, tetapi juga jiwa-jiwa kita. Guru ini mengingatkan kita akan pesan, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (49:13)

Seperti ksatria yang berani melindungi rakyatnya, kita pun harus berani berdiri untuk melindungi dan membela mereka yang tertindas. Seperti ksatria yang gigih menjaga kehormatan dan keadilan, kita pun harus gigih menegakkan kebenaran dan keadilan untuk semua. Dan seperti ksatria yang bijaksana dan sabar menghadapi tantangan, kita pun harus bijaksana dan sabar dalam menghadapi perjuangan dalam mewujudkan keadilan dan kemanusiaan.

Melatih jiwa-jiwa ksatria bukanlah perkara mudah, tetapi Sang Guru percaya, ketika kita bersama-sama menuntut kebenaran dan menyuarakan keadilan, cahaya kasih sayang dan kebijaksanaan akan menerangi setiap jalan yang kita tempuh. Dalam hadits Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.(HR. Muslim). Dalam perjalanan menjadi jiwa ksatria yang menerangi kegelapan, ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan akan menjadi tongkat dan pedoman kita.

Mari kita ikuti teladan sang guru bangsa ini, untuk melatih jiwa-jiwa ksatria dalam diri kita. Bersama-sama kita berjalan, berjuang, dan menyebarkan cinta kasih di tengah kegelapan. Dengan penuh kesabaran dan ketekunan, kita akan menemukan kekuatan dalam kebersamaan. Jadilah ksatria yang tak hanya berdiam diri, tetapi penuh dengan tindakan nyata. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan kasih sayang, kita akan menjadi pencerah bagi jiwa-jiwa yang tenggelam dalam kehampaan.

Dalam hati yang mendalam, tertanam banyak ingatan pesan Sang Guru, yang membara bagai nyala api di dalam malam. Mari kita membangun etos jiwa ksatria, dan bersama-sama kita bergerak menuju cahaya kemenangan ”hayya ’alal falaah” untuk keadilan dan kebaikan bagi semua. Semoga perjuangan kita menjadi ladang berkah dan keselamatan, serta menggapai ridha-Nya. Amiin.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.