Menembus Batas Tak Hanya Sebatas Kata

Semakin bertambahnya usia, kita saling menyadari bahwa masing-masing dari teman/kawan/sahabat pasti memiliki prioritas utamanya sendiri. Alhasil, ketika ada sebuah undangan dari salah seorang sahabat dekat, tentu saja keadaan ini akan menjadi sebuah momentum untuk berkumpul dengan sahabat-sahabat yang lainnya. Ikatan yang kita sangka akan selalu kuat menerjang badai waktu yang terus berhembus, akan terkikis sedikit demi sedikit.

Beruntung malam setelah menghadiri pernikahan itu, kita berkumpul melingkar lalu menyepakati dan satu pemahaman akan sebuah pertemuan yang ditujukan tidak hanya sebahai sebuah ruang untuk mengobati rindu. Akan tetapi, kita mencoba bersama-sama membangun sebuah ruang yang dapat digunakan sebagai media sharing, saling bertukar pikiran, ataupun mencoba menjaring cahaya yang bisa saja dititipkan melalui kata-kata yang terlontar jika akhirnya tercipta ruang kebersamaan itu.

Aku sendiri sempat bingung, mengapa hal seperti itu tiba-tiba dapat terjadi disini? Apakah mungkin karena sedari pagi kita berjalan bersama hingga malam menyapa? Yang di dalamnya terukir kenikmatan-kenikmatan yang dirindukan selama ini dan tidak didapatinya di tempat lain? Apakah kalian merasa seperti pulang ke rumah? Hingga akhirnya kita juga menghendaki adanya sikap untuk saling terbuka disaat menyatakan segala resah dan perjuangan yang sedang ditapaki pada fase-fase krusial ini.

Kalau disuruh memberikan makna, banyak pengalaman yang telah memberikan satu pelajaran utamanya tentang sesuatu yang berkaitan dengan banyak orang. Kita sama sekali tidak bisa mengupayakan, memastikan, ataupun mempertahankan kebersamaan. Mungkin jika diri sendiri mampu, yang lain belum pasti bisa melakukannya. Begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, kesadaran akan Maha Pencipta pun harus benar-benar dipegang teguh. Bukankah tiada daya dan kekuatan yang terjadi kecuali atas ijinnya? Dan jangan kira kita yang melempar, karena bukan kita yang sesungguhnya melempar. Adakah yang terjadi disini bukan karena apapun melainkan menjadi salah satu kehendakNya?

Setiap perjalanan pasti akan memberikan kesan dan pengalamannya sendiri. Setiap kerinduan pasti akan membisikkan luka-luka yang pernah dirasakannya. Setiap kebahagiaan pasti menyimpan kesunyian yang tertahan untuk lekas diungkapkannya. Pun dengan segala harapan yang mencuat, semua itu lahir karena ketakutan akan sesuatu yang mungkin saja segera mengenalkan tentang perpisahan.

Namun, kami percaya bahwa semua yang telah teruntai menjadi kenangan akan selalu menjadi obat tatkala hiruk-pikuk realita akan perjuangan kehidupan harus kita hadapi saat kami harus kembali ke tempatnya masing-masing. Kami juga yakin bahwa satu dengan yang lainnya telah memaksimalkan segala bentuk perhatiannya agar saling bisa mengisi kekurangan yang mungkin saja enggan untuk diungkapkan.

Perjalanan ini belum usai, kita masih berada pada sebuah pemberhentian untuk mengisi bahan bakar laju kendaraan kita. Yang kita tidak akan pernah tahu sampai mana ujung perjalanan ini akan berakhir. Hanya saja, sediakah kalian bersama-sama menembus batas itu dan melangkah bersama menuju keabadian? Tentu saja, kendaraan ini masih banyak tersisa bangku-bangku yang masih kosong. Yang nantinya bisa kalian isi dengan orang-orang terkasih yang akan menemani perjalanan panjang kita. dan jangan sampai ada yang tertinggal.

Terimakasih atas segala hal baik yang diberikan. Dan maaf apabila aku belum mampu banyak memenuhi harapan kita. Tapi satu hal yang harus kita pegang bersama bahwa percayalah jika kalian menghendaki kita duduk bersama seperti ini lagi, aku atau salah satu dari kita pasti akan segera berupaya untuk hadir dan menemani. Sekalipun hanya sebatas kata-kata.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.