Untuk Tetap Tinggal

MYH | 028

Awan mulai menggerutu tatkala sangkaan tak kunjung terbukti dan selalu mewujud keniscayaan. Antara aku dan kamu. Yang enggan untuk memulai kata.

Meskipun diam sudah menjadi kebiasaan, tapi cinta tak pernah henti bergetar. Mengisyaratkan kelembutan atau ketulusan yang selalu saja menari-nari di kisaran kita. Hingga menjadi kehangatan yang selalu mudah tuk memudar seketika.

Lantas, keresahan itu menyapa, karena yang ditunggu ataupun yang disapa tak kunjung membalas dengan kata. Seolah denting waktu kian menjerat karena harapan tak kunjung jua diperkenankan untuk setidaknya mencapai kesepakatan.

Mungkin saja hanya aku yang tak terlalu berani mengungkap rasa. Karena jarak dan dunia yang terlalu berlebihan memenggal kasta. Meski karena rasa itu pula, ada batas-batas yang tak ingin ditabrak sebagaimana mestinya. Menunggu momentum seakan menjadi satu-satunya pilihan.

Ya, aku tidak berani untuk berkata bahwa “aku cinta” kepada sesuatu selain Engkau. Karena ketika engkau banyak menguji ketulusanku dengan rasa-rasa yang menggoda, pada saat itu puka engkau selalu banyak memastikan cinta itu. Antara melupakan, menggantikan, atau mungkin sebagai sebuah pelampiasan.

Tapi, kenapa engkau biarkan cinta itu bersedih? Bahkan merintih dalam kesepiannya. Apakah itu hanya sebuah pemantik agar terkumpul keberanianku? Atau hanya sebuah jebakan untuk menguji rasa yang engkau titipkan.

Berikan aku sedikit lagi pertanda setidaknya dengan kata “jangan pergi”, sekalipun aku mengetahui engkau sanggup dan terbiasa sendiri, maka aku akan memastikan untuk tetap tinggal. Lalu ambillah apapun dariku, akan aku pastikan bahwa yang memilikiku mengijinkannya jika itu kamu, Kasih.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.