Karena Aku Hanya Melihatmu

MYH | 024

Sebenarnya aku juga tidak mengerti darimana dan kapan rasa itu tumbuh ketika tatapan matamu menitipkan pertanyaan tentang hal tersebut. Hanya saja, aku sudah terbiasa untuk membagi-bagikan rasa itu kepada yang membutuhkan. Meskipun sebatas kehadiran, atau menemani kesunyiannya dalam relung sepinya kebersamaan.

Kebahagiaan itu selalu datang tanpa memberi tanda akan sapaannya. Sekalipun di sepanjang jalan ini telah banyak yang menawarkan buah kebahagiaan yang sama, hanya dua buah yang tidak bisa aku memintanya dan mengharapkan keberadaannya. Sehingga aku hanya bisa menanam biji-biji pemberiannya, tanpa mengharapkan akan memanen buahnya. Berharap nantinya akan banyak yang cukup merasakan nikmatnya, tanpa perlu mengetahui awal kenikmatan yang dirasakan.

Aku tidak pernah sanggup membalas, sekalipun diriku telah dipenuhi denganmu, olehmu, dan untukmu. Karena belum tentu dirimu akan menerima dan senang akan pembalasanku. Mungkin bisa sebaliknya, kamu justru merasa risih jika aku memberikan hal yang sama seperti yang engkau berikan. Dan yang aku tahu pasti, kamu tidak membutuhkannya.

Dan kalaupun engkau membutuhkannya, engkau akan terus tinggal disini. Sementara aku justru membiasakan berkeliaran dalam kegelapan karena konon dalam kegelapan itu air kehidupan akan ditemukan. Bagaimana aku akan mengajakmu kepada sesuatu yang tidak mengenakkan dan berharap engkau tinggal dalam ketidakenakan tersebut?

Aku ingin kau terus saja membalikkan punggumu, jangan kau layani aku dengan duduk berhadap-hadapan denganku. Aku ingin seperti itu, sehingga yang kau lihat hanyalah nasihat dan sapaan biasa. Namun, jika engkau berusaha menatap mataku, aku tidak mau betapa rasa asih dan rahmat atas rasa itu sendiri terlihat lemah.

Apakah engkau tahu berapa lama aku menahan rasa benci terhadap situasi itu? karena ketika engkau duduk bersamaku, aku takut tidak akan sanggup lagi menahan segala daya yang selama ini tersyirat. AKu tidak sanggup lagi menahan kata yang selama ini ingin mengucap. Atau aku tidak tahan lagi menahan kehendakku sendiri, bahwa selama ini aku hanya melihatmu. Persis seperti yang sedang kita alami.

Bualan-bualan itu banyak berserakan, karena orang yang kalut dalam hasrat cintanya hanya akan seperti orang bodoh yang suka menjilat-jilat, mengorbankan kemakmurannya, demi memberi kesan bahagia terhadap kekasihnya. Mereka takluk oleh dirinya sendiri ketika melakukan pengejaran sesuatu yang dianggapnya cinta. Sedangkan kebanyakan dari mereka tak sadar bahwa yang mereka inginkan adalah kepuasan hasrat pribadi. Bukan ketulusan apalagi cinta.

 Aku sudah sangat biasa hanya melihatmu terbebas dari jasad yang engkau bawa. Oleh karena itu, aku tidak ingin mengharapkan perjumpaan denganmu. Karena mungkin aku sendiri belum benar-benar cinta dan masih menyimpan hasrat atas kehadiranmu. Aku cinta karena rindu, sedang rindu itu tercipta karena rasa ingin jumpa denganmu.

Kenapa hal tersebut aku tanamkan? Mungkin karena aku tidak butuh balasan apapun, termasuk cinta yang sama. Aku tidak mau kamu menggila dengan melihat segala sesuatunya berawal darimu. Dari satu. Aku hanya akan membawamu ke keabadian dan kekekalan untuk dapat terus merasakan kebahagiaan. Apa yang engkau rasakan kesementaraan, sedangkan yang aku jalani adalah keabadian.

Karena jika aku menginginkan perjumpaan denganmu, maka ketika aku menanam benih-benih rindu, tidak akan pernah aku menginginkan sesuatu apapun kecuali diperjumpakan lagi denganmu. Semua wujud laku mungkin merupakan bagian manifestasi atas keinginan untuk berjumpa denganmu. Cinta ini pun lahir tentu atas kehadiran dan perkenaanmu.

Biarkan aku hanya melihatmu, dan duduk cukup dengan mengingatmu. Kecuali jika engkau ingin menemani kegelapan dan kesunyian ini.

***

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (18: 110)

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.