Rakaat Panjang Generasi Pejuang!


Mungkin, ini merupakan salah satu daya dan upaya para masyarakat yang masih peduli dengan keadaan negeri ini. Terima kasih kepada segala elemen masyarakat yang telah menyedekahkan waktu dan tenaganya untuk turun ke jalan demi perubahan apapun menuju keadaan yang lebih baik.

Sebenarnya, masalah ini agak klise dan menggemaskan. Bagaimana tidak? Mereka hanya mempermasalahkan produk kerja anggota dewan perwakilan rakyat (yang seharusnya mewakili aspirasi rakyat), dimana rakyat sendiri merasa tidak terwakili aspirasinya dalam hasil kerja tersebut (khususnya RUU KPK dan RKUHP). Seharusnya jelas batal, tidak perlu sekelas  Presiden menunda-nunda keputusan kalau hanya akan memperpanjang drama. Terlebih, mayoritas ini adalah gerakan aksi mahasiswa yang tidak hanya melibatkan segelintir universitas di satu kota. Namun, gejolak telah merambah di berbagai daerah lain.

Saya sendiri yang melibatkan diri menjadi saksi, melihat betapa tulusnya perjuangan para adik-adik mahasiswa ini. Meskipun prasangka-prasangka ditunggangi kepentingan sana-sini, mereka seolah tetap tak mempermasalahkannya. Hal lain yang perlu menjadi pokok pertimbangan dalam perjuangan masif ini adalah mereka mayoritas masih tidak memiliki kepentingan politik sama sekali. Mereka mayoritas masih fitrah dari nafsu-nafsu kekuasaan. Mereka tergerak karena -para wakil rakyat- melakukan kesewenangan sepihak yang sama sekali tidak berpihak kepada rakyat dan terkesan melindungi kepentingan-kepentingan para elit politik.

Dalam situasi seperti ini, negeri ini memerlukan kebijaksanaan kepala rumah tangga untuk meluruskan persengketaan ini. Kita memerlukan sosok untuk menengarai, menjembatani, mewadahi. Tidak hanya sebatas simbol atas tonggak kepemimpinan, akan tetapi berani untuk keluar dari agenda jadwal disaat kondisi rumah tangganya sedang krisis. Apalagi bersedia menyapa langsung para agen perubahan. Pertanyaannya, siapakah kepala rumah tangga tersebut?

Kita butuh suasana keterbukaan, bukan saling mensiasati. Kita ikhlas berpanas-panasan agar suara kami terdengar. Tuntutan kami tidak banyak, tidak membutuhkan anggaran sebanyak satu kali rapat para wakil kami merumuskan kebijaksanaan yang (maaf) ambigu. Apa suara kami masih terdengar sumbang hinga perlu kami lantangkan terus dan terus?

Sepertinya akan lebih baik jika kursi-kursi perwakilan DPR itu diisi oleh para pemuda-pemuda yang peduli terhadap bangsanya. Yang rela meninggalkan kelas-kelas mata kuliahnya -meskipun rektor mereka tetap menginstruksikan para dosennya untuk tidak meliburkan kelas- demi nasib bangsanya yang hukumnya dipermainkan oleh segelintir pihak yang tak bertanggung jawab.

Bayangkan, para pemuda ini tidak perlu gaji ataupun fasilitas-fasilitas mewah. Untuk sekali rapat hanya butuh akomodasi serta konsumsi. Suasana rapat pasti sangat produktif dengan segala argumentasi dan cakrawala pandangan para pemuda bangsa. Dan yang pasti, tidak ada kepentingan politik sama sekali dan tulus menyalurkan aspirasi rakyat. Tidak ada oposisi ataupun koalisi, bahkan walked out. Ataupun tidur saat ada sidang.

Sangat bisa segala keruwetan politik itu diudar demi kemudahan dan keterbukaan. Segala ke-njlimet-an ini telah terbentuk berlapis-lapis, disaat tiap lapisan itu selalu kelaparan dan menuntut bagiannya. Haruskah kita mengkaji bersama, duduk melingkar atau ngopi bareng para pejabat? Memaksimalkan bagian-bagian yang lebih bisa dipadatkan. Dan jika itu berdampak pada kuantitas ASN, selesaikan solusinya bersama.

Bukan menjadi sebuah hal yang tabu bagi para mahasiswa, dimana jika ada proyek dosen untuk melakukan penelitian dan sebagian dari mereka diminta untuk ikut membantu, mereka pasti sangat senang . Terlebih, dari sudut pandang dosen, mahasiswa-mahasiswa ini merupakan tenaga kerja yang sangat bisa dimaksimalkan. Bayangkan jika para mahasiswa itu yang menduduki gedung DPR! Karena saya juga sangat yakin, banyak rakyat yang diluar sana yang tulus dan rela memikirkan keadaan negara setiap malam.

Pemerintah seharusnya memperhatikan hal tersebut dan menyediakan wadah bagi hasil-hasil aspirasi yang muncul setiap harinya. Memfasilatasi ruang diskusi publik. Tanpa memandang latar belakang pendidikan atau identitas-identitas lainnya. Kita sama-sama membangun moral, saling jujur, terbuka dan menciptakan ruang kegembiraan bersama.

Agar tak hanya sekedar menjadi sebuah wacana, namun dapat diciptakan bersama. Ini adalah rakaat perjuangan yang panjang, dan meskipun dimulai dari sekarang Perubahan tidak se-instan yang dibayangkan. Tapi setidaknya, yang sadar telah berjuang semaksimal mungkin demi generasi penerus berikutnya. Estafet tonggak perjuangan antar generasi harus terus dilakukan.

Kita tidak akan pernah bisa menghindari sebuah masalah, perselisihan, pertikaian, atau segala hal negatif lainnya. Karena, pada akhirnya kita akan belajar dan memahami. Bahwa segalanya adalah tentang pendewasaan dan kebijaksanaan. Semoga saya masih bisa menikmati para pemuda-pemuda ini menjadi pemimpin bangsa ini. Standing applause dan BIG RESPECT buat para pejuang muda! 

Mari kita saling menjaga dan hindari ujaran-ujarang yang mengakibatkan kebencian antara yang satu dengan yang lain. Mahasiswa dengan daya intelektualitasnya mesti bisa kooperatif dengan pihak keamanan. Sebaliknya, pihak keamanan dengan kebijaksanaannya juga mesti sanggup ngemong serta mengawal keamanan anak-anak muda ini dalam menyuarakan aspirasinya. Segala percikan-percikan kecil jangan langsung dimaknai secara substansial agar tidak banyak terjadi kesalahpahaman. Karena tidak semua pihak keamanan itu buruk dan tidak pula semua bagian perjuangan memiliki adab yang baik. 

Semoga, para pejuang ini benar-benar membawa nilai-nilai kebaikan. Generasi yang dijanjikan untuk saling mencintai dan dicintai, oleh Yang Maha!