Hari itu, cuaca tak seterik biasanya. Pagi datang tak selalu membawa keindahan atau mungkin pertanda akan datangnya ketidakenakan. Yah, begitulah hidup. Cinta selalu mengajarkan bahwasanya ia tak hanya bertugas memuaskan hasrat atau syafwat, akan tetapi juga mengenalkan sakit-sakit yang tak terperi atas nafsu dan ego pribadi di antara mereka yang saling berbagi cinta.
Biarlah, jika kesenangan menjadi hal utama yang masih perlu dikejar. DIsaat usia melaju tanpa pernah bisa ditawar. Pertanyaannya hanya “mau sampai kapan?” membiarkan diri menjadi bualan-bualan prasangka. Seberapa lama lagi, dirimu masih ingin diperhatikan sedangkan yang biasa memberi perhatian menjadi tidak cukup?
Jadi jangan salah suatu saat apa yang menjadi penghiburan buatmu akan meninggalkanmu, layaknya senja yang menyapa dengan gemuruhnya. Menjadi sebuah pertanda bahwa purnama tak akan memberikan terangnya kali ini dan menggantinya dengan sayu-sayu rintihan air penghidupan. Meski tawa ataupun canda kembali hadir menemani, itu tak lebih dari sebuah formalitas pertemuan yang meski dihiasi oleh rasa saling memberi kebahagiaan.
Kasih, ini adalah sebuah perjalanan panjang. Sebuah sangkar tak berpenghuni ini hanya akan menjadi hiasan jika ia tak segera menemukan puannya. Memberi kenikmatan, memahfumi kemunafikan. Seperti kekecewaan yang sudah pasti datang di sela-sela kebahagiaan. Padahal, keinginan yang berlebihan yang akhirnya menjadi sebuah batas hingga akhirnya mengenal keputusasaan.
Jangan sampai sangkar hanya akan menjadi penghiburan bagi mereka yang berlalu-lalang. Atau menjadi sebuah tempat persembunyian untuk menikmati dosa-dosa yang didustakan. Meskipun aku, tak akan berani memiliki sekalipun telah memberi asa dan asuh nan tak terlihat. Karena bukan apapun menjadi suatu harap akan pembalasan laku.
Biarkan ketika malam menyapa sangkar tak berhuni itu, semesta menjalankan perannya. Sementara aku, tak lebih hanyalah sebuah bagian dari rencananya. Yang tak bisa memilih antara nikmat atau dusta, antara sangka atau fakta. Semua hanyalah batas-batas yang mesti dipahami, yang menjadi hiasan sangkar agar selalu indah dan nyaman untuk dihuni. Agar sunyi lekas berbuah menjadi buih.